Author: Ulin Nuha
Arrived and Disappear
Pertarungan
aku dengan dia pun tak bisa terelakkan. Kami bertarung dengan sekuat tenaga
hingga lama. Karena mungkin dia yang kelihatannya hanya bermain-main dalam
pertarungan ini, aku rasa aku harus segera mengakhiri pretarungan ini. Aku
berhasil mengelabuhinya dengan kecepatan lari yang bisa aku andalkan. Tanpa
pikir panjang lagi, aku segera menusukkan pedang yang sudah kusiapkan untuk
menusuk tepat dadanya. Alhasil tusukan pedangku pun sangat meleset. “Hah,
bagaimana mungkin dia bisa menghindari seranganku?” ucapku dalam hati.
Dengan
masih dalam keadaan bingung, aku pun heran, tidak mungkin dia bisa menghindari
seranganku dengan mudah. “Hahahhaa… Apa hanya itu kemampuanmu, anak muda?” Ucap
dia. “huft, sombong seklaoi kau. Kali ini coba kalau kau bisa menghindari
seranganku ini” gumamku. Aku pun berlari kearahnya dan dia juga berlari
kearahku. Dengan perasaan cemas, aku punya rencana untuk menghindar. Aku mencoba untuk menghindarinya, tapi dengan
cepat seolah-olah dia bisa membaca pikiranku, dia menyerangku dari belakang
menggunakan pedangnya, sialnya tebasan pedang tersebut tepat mengenai siku
tangan kananku.
Sungguh
mustahil, tidak bisa dibayangkan kalau aku bisa terkena tebasan pedangnya
hingga mengenai tangan kanan bagian siku. “Cukup sudah bermain-mainnya, aku
akan menghabisimu sekarang juga. Bersiaplah untuk menemui ajalmu.” Teriaknya.
Karena hampir aku tidak punya harapn lagi untuk kabur dari serangannya, aku
hanya bisa pasrah dengan keadaan yang seperti tu. “MATILAH KAU!!!” teriaknya.
Duarrrr!!!
Terdengar suara petir yang menyambar dari langit ke tanah tepat didepanku.
Mungkinkah serangannya meleset, ataukah sengaja dia tidak mengenakan
serangannya kearahku? Saat kulihat kearahnya karena cahaya kilatan tadi sangat
sialu, dia tergeletak tak berdaya. Seperti lenyap seketika. Aku tak percaya,
apakah dia bunuh diri ataukah ada sesuatu yang lain?
Saat
aku mencoba mendekatinya, ada yang menepuk pundakku dari belakang. Akupun
gemetar karena kaget ada yang menepuk pundakku dari arah ke belakang. “Apa kau
baik-baik saja?” terdengar suara dari arah belakang. Aku dengan cepat menoleh
kearah belakang. Aku melihat sesosok wanita yang belum pernah aku kenal. Apakah
dia juga musuh, ataukah dia berada di pihakku? “Iya, aku baik-baik saja” dengan
suara yang agak kaku karena menahan rasa sakit akibat terkena tebasan pedang
tadi. “Siapa kau ini” ucapku. Dia hanya tersenyum kecil, dia menyuruhku untuk
mendekati orang yang hampir membunuhku tadi. Aku langsung mendekatinya, saat
aku memeriksa tubuhnya, ternyata dia sudah mati.
“Dia
sudah mati, apa kau yang melakukannya?” ucapku. Aku menoleh kearah kebelakang
dengan nada datar. Tapi entah mengapa dia sudah tidak ada, seperti ditelan
lautan dalam sekejap. Dengan agak ketakutan, aku mndekati orang yang mati tadi,
berharap ada sesuatu yang berharga yang bisa aku ambil dan aku gunakan. Hanya
ada beberapa benda yang sangat berharga yang aku butuhkan, yakni pedang, kalung
perak dan sedikit berlian. Mungkin dia adalah pembunuh bayaran yang selama ini
menjadi pembunuh yang paling terkenal akan kesadisannya. Aku pergi melanjutkan
menuju perkotaan, yang mungkin bisa aku gunakan untuk mencari tempat penginapan
untuk istirahat sejenak.
To Be Continued. . .